bagi sebagian orang yang belum mengalami apa yang saya alami, 100 hari bukanlah waktu yang sulit dan lama. tetapi bagi sebagian orang yang pernah mengalami apa yang saya alami, 100 hari merupakan waktu yang sulit dan sangat lama. 100 hari? iya, 100 hari. 100 hari tanpa Ayah dirumah, it must be hard time and different. ketika sebagian orang, ketika pernah mengalami hal yang saya alami merasakan hal yang sangat berbeda dari sebelumnya. iya, inilah Ramadhan pertama kali tanpa Ayah dirumah, yang mungkin sekarang udah tenang di surga (Amin). iya, 100 hari peringatan wafatnya Ayah, bertepatan dengan Ramadhan. ketika saya berfikir, apakah saya bisa menjalani semua ini dengan mudah? pasti jawabannya tidak! mengapa? karena semua ini tidak bisa dijelaskan, kalaupun dijelaskan tidak semuanya mengerti. karena hanya orang yang pernah mengalami yang pernah merasakan..
awalnya memang, saya pikir semuanya akan mudah tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai sadar, ini sangat sulit. sangat sulit untuk menjalaninya. serumah dengan seorang ibu yang harus memikul tanggung jawab keluarga, mencari nafkah dan sebagai anak pertama yang menginginkan pendidikan lebih tinggi untuk awal yang baik kedepannya merasa sangat bersalah terhadap ketiga adik yang juga membutuhkan sekolah. ah Ayah, maafkan saya yang harus setiap hari mengadu kepadamu "ini waktu yang sulit". tapi Ayah, saya kangen sekali, kangen sekalii. semua terasa jelas sekali sekarang. sosok yang membangunkan saat sahur, sosok yang mengingatkan ketika buka puasa telah tiba, sosok yang membangunkan saya saat saya harus membantu ibu ditoko itu telah hilang, telah tiada, telah ahhh. inilah hidup saya, *start tearing up*..
Ayahhh, semoga ayah disana baik2 saja, semoga dilapangkan jalannya, diterangkan jalannya, kita semua disini kangen banget sama Ayah, really really miss you, selalu berdoa yang terbaik buat Ayah, selalu ingat sama Ayah, Ayah, sesekali mampir di mimpinya Afif, Afif udah seneng banget. rumah itu, tanpa Ayah, sepi sekali. bangku kosong itu, beserta kenangan didalamnya, selalu terkenang, apa yang Ayah nasehatin, selalu terekam jelas di setiap memori otak ini, marahnya Ayah, semuanyaaaa.. semua terekam jelas, teringat, tak satupun terlupakan, kalau ada, Afif minta maaf.. menyesal tidak melihatmu untuk terakhir kalinya, karena kain kafan itu, Afif terlalu takut untuk melihatnya, memandikan Ayah, Afif tak sempat, saat terakhir itu, lagu yang selalu Afif dengerin di kost, sekarang jarang terputar, Ibu nangis dengernya. ntahlah, ada ikatan batin walaupun lagunya bahasa inggris. :D
memperingati 100 hari wafatnya Ayah :)
Malang, 14 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar