Senin, 23 April 2012

Hari Buku, Sesuatu yang Terlupakan








Hari Buku dan Hak Cipta (juga dikenal sebagai Hari Buku Internasional atau Dunia) adalah acara tahunan, yang diselenggarakan oleh UNESCO untuk mempromosikan membaca, penerbitan dan hak cipta. Hari ini pertama kali dirayakan pada tahun 1995 dan pada tahun 2012 Britania Raya, dimana hari buku Dunia dirayakan pada tanggal 1 Maret 2012
Tanggal 23 april merupakan tanggal simbolik untuk dunia sastra karena pada tanggal sama pada tahun 1616, Cervantes, Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega semuanya meninggal dunia. Tanggal 23 April juga merupakan tanggal lahirnya dan meninggalnya penulis terkemuka lainnya seperti Maurice Druon, K. Laxness, Vladimir Nabokov, Josep Pla dan Manuel Meijia Vallejo. Pemilihan tanggal tersebut merupakan pilihan Unesco, guna Mendorong kepada setiap orang (kaum muda khususnya) untuk menemukan kesenangan dalam membaca, dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada pengarang-pengarang besar yang telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial dan kultural umat

Maka sahlah 23 April diperingati sebagai Hari Buku dan Hak Cipta (World Book Day). Sayangnya memang perayaan menyambut Hari Buku di Indonesia tidak seheboh, hari buruh sedunia, hari kasih sayang dan lain-lain. Kalau pada hari-hari yang saya sebutkan belakangan ini banyak yang heboh, tetapi tidak pada saat Hari Buku ini. Kita lupa atau mungkin tidak tahu bahwa di bulan April ini ada Hari Buku sedunia.

Dalam Islam kita tidak mengenal Hari Buku, tetapi Islam tampaknya lebih dahulu berbicara tetang itu. Walaupun secara langsung tidak, tetapi secara tidak langsung dapat kita lihat dari wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah Saw lewat malaikat Jibril yaitu Iqra’.

Iqra’ artinya membaca, para mufassir menjelaskan makna membaca di sini, bukan hanya membaca yang tersurat tetapi juga yang tersirat. Tidak mungkin kita bisa membaca yang tersurat kalau tidak ada medianya. Medianya adalah buku atau kitab. Maka wahyu yang pertama ini, Allah Swt memerintahkan kita untuk membaca bahkan lebih dari itu melakukan eksplorasi dengan apa yang kita baca itu, dengan tidak meninggalkan Allah, sebagaimana Surah al-Alaq : 1, yang menyebutkan, "Iqra’, bismi rabbikal ladzi khalaq.." . Surah tersebut mempunyai makna perintah "Iqra’", yang dilanjutkan dengan "bismi rabbi" (dengan nama Tuhanmu), suatu kalimat yang mengandung konsep pembelajaran yang tidak terpisahkan dengan Rabb (Tuhan)-nya. 

Konsep ini sangat berhasil, ini dibuktikan bahwa Rasulullah Saw dalam membangun masyarakat jahiliyah pada waktu itu, bukan hanya berhasil membangun dari masyarakat tidak berdaya (jahiliyah) menjadi masyarakat berdaya, namun ia mampu membangun masyarakat madani. Tatanan masyarakat beradab yang dibangun di atas sendi-sendi Rabb, nilai-nilai, akhlaki, dan hablumminallah wa hablumminannas (hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia). 

Sayangnya konsep ini, atau perintah pertama Allah Swt ini tampaknya ditinggalkan oleh umat Islam, akibatnya peradaban Islam yang awalnya sangat jaya, sedikit demi sedikit tergusur dengan masyarakat non Islam. Itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi dibelahan dunia ini. Masyarakat Islam (yang sering dianalogikan dengan Timur) seolah-olah menjadi masyarakat nomor dua, dibanding masyarakat Barat. Kenapa ini terjadi? Karena masyarakat Islam kurang menyukai membaca. 

Budaya tulis baca yang sudah lama dibangun oleh para ulama-ulama klasik dahulu saat ini sudah berganti dengan budaya menonton. Masyarakat kita lebih senang menonton dari pada menulis dan membaca akibatnya, daya dan potensi otak tidak berkembang secara kritis.

Oleh karena itulah, seharusnya kita sebagai umat Islam lebih peduli dengan budaya baca ini, karena memang perintah membaca adalah perintah yang pertama kali diturunkan Allah kepada Rasulullah. Karena ketidakpedulian kita terhadap budaya baca mengakibatkan ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak sebanding dengan pengetahuan yang dimiliki orang-orang yang suka membaca.

Mudah-mudahan, momen Hari Buku ini, mampu menyadarkan kita bahwa kita seharusnya lebih baik dari orang lain. Jika orang lain menjadikan buku adalah ‘makanan’ utamanya, maka sudah selayaknyalah kita juga melakukan hal itu. Ingat orang yang banyak membaca adalah orang yang banyak tahu, dan orang yang banyak tahu biasanya orang yang menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki tidak seberapa disbanding dengan pengetahuan Allah Swt, inilah bentuk penyadaran bahwa biarpun kita banyak membaca dan menjadi pintar, tetapi kepintaran itu tidak harus menjauh dari Allah, tetapi harus lebih dekat dengan-Nya karena perintah Iqra, dilanjutkan dengan , bismi rabbikal ladzi khalaq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar