Sabtu, 09 Juni 2012

belajar menerima kekurangan diri


Tidak ada manusia yang sempurna, hanya ada manusia yang merasa sempurna dan ingin terlihat sempurna. Ungkapan ini begitu bermakna untuk menyadarkan kita tentang kekurangan diri. Kelebihan dan kekurangan merupakan dua sisi dalam fitrah kemanusiaan yang saling melengkapi. Namun, seringkali kita tidak dapat menerima kekurangan diri sendiri dan tidak mau memahami kekurangan orang lain. Kekurangan lebih sering diapresiasi dengan perasaan dan pikiran negatif, sehingga banyak orang yang membenci kekurangan diri dan menganggap kesempurnaan sebagi faktor mutlak untuk mencapai kebahagiaan.

 Menerima kekurangan, memang tidak mudah. Bagi gue pribadi bahkan lebih mudah menuliskannya daripada menerapkannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak boleh berhenti karena tanpa belajar, kita tidak akan tahu dan tidak akan mampu melakukan, serta mencapai sesuatu. Belajar merupakan proses berupaya untuk dapat memahami dan menerima, termasuk belajar menerima kekurangan diri. Lalu bagaimana caranya? Gue pun masih harus belajar dan mencoba berbagi lewat tulisan ini.

Kelebihan merupakan anugerah yang akan mengisi dan melengkapi kekurangan. Bermusahabah akan senantiasa menumbuhkan kesadaran diri bahwa sejak awal terlahir pun kita tidak memiliki apa-apa. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibu-mu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu-pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur" (An-Nahl:78). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kekurangan dan kelebihan patut kita syukuri. Bersyukur atas keadaan yang kita terima merupakan langkah utama untuk belajar menerima diri secara utuh. Tanpa mensyukuri dan menyadari kekurangan diri, kita tiddak akan benar-benar mengerti kelebihan diri. Allah SWT menciptakan kekurangan agar kita selalu introspeksi, tidak takabur dan menyombongkan diri karena hanya Yang Maha Sempurna yang berhak memiliki segalanya.

Dalam syukur itu ada kesabaran. Untuk bisa menerima kekurangan, perlu kesabaran dan pengertian. Kesabaran berarti ketulusan dalam berupaya dan berserah diri. Kita dan orang-orang yang kita sayangi tidak selalu bisa sejalan dengan keinginan dan tidak selalu bisa ditutupi dengan terus menonjolkan kelebihan diri. Kita terbatas dalam kemampuan dan tiada batas dalam keinginan, sehingga diperlukan pengertian dan kesabaran untuk memahami semua itu. Kita berhak untuk berubah, serta memperbaiki kekurangan diri sendiri dan orang lain, tetapi kita juga harus ingat untuk memaksimalkan kelebihan yang kita punya. Jangan kita lupa bahwa kita punya keistimewaan yang berguna. Pengertian berarti kita menerima apa adanya, kelebihan dan kekurangan diri kita dan orang lain tanpa memaksakan kehendak untuk mengubahnya, apalagi demi orang yang tidak mau belajar menerima kekurangan diri kita.

Pengertian akan tumbuh sejalan dengan rasa menghargai. Menghargai diri sendiri dan orang lain merupakan pengakuan bahwa ada sisi kelebihan yang bisa kita manfaatkan untuk membuat diri kita berguna, serta masih banyak orang lain yang melebihi kita dalam segala hal. Penghargaan yang tulus merupakan wujud penerimaan dan syukur atas apapun keadaan diri, sehingga kita dapat bersikap bijaksana, tidak merasa inferior dengan kekurangan diri, tidak underestimate terhadap kekurangan orang lain dan tidak dengki atas kelebihan orang lain.

Pengertian dan penghargaan kita atas diri sendiri dan orang lain bisa membuat kita menyadari hakikat kemanusiaan kita yakni selalu membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa menghindar dari kebutuhan berinteraksi dan berelasi dengan orang lain di sekeliling kita. Hidup itu untuk saling mengisi dan melengkapi karena kita tidak akan mampu hidup sendiri. Kekurangan yang kita miliki bisa dilengkapi dengan kelebihan orang lain, dan kelebihan yang kita punya dapat mengisi kekurangan orang lain. Dalam hubungan dengan pasangan, sahabat, kerabat, kesadaran akan saling membutuhkan ini merupakan energi untuk memahami dan menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jika kita renungi dan kita hayati, kekurangan diri merupakan alarm hati yang akan mengingatkan kita akan kematian. Dengan mengingat kematian, kita dapat membangkitkan kesadaran bahwa semua makhluk akan binasa, sehingga tidak hanya kekurangan yang melekat pada diri kita, tetapi kehancuran yang pasti suatu saat nanti.

Bagi gue sendiri, semuanya butuh proses dan keteguhan hati untuk terus berupaya. Hanya orang yang mau menyadari dan mau berproses yang akan mendapatkan pembelajaran tentang banyak hal, bahkan keberhasilan dan kemanfaatan. Belajar menerima kekurangan diri dapat kita jadikan bagian dari manajemen hidup kita, sekaligus proses belajar memanusiakan diri kita. Semoga,,








:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar