Sabtu, 12 Mei 2012

kehilangan dan penyesalan


Hai sobat, kenalin aku Gita. Aku mempunyai seorang kakak, namanya Kevin. Kak Kevin, biasa aku memanggilnya demikian. Jangan pikir aku menyukainya, aku begitu kesal pd kakak semata wayangku itu. Ya tentu saja aku memiliki alasan atas segala sikapku padanya. Bagiku ia sama sekali tidak menampilkan figur kakak laki-laki impian seperti yang sering aku lihat di film ataupun cerita-cerita di novel. 
"Wesseh adek gue udah balik, nyelonong aja loe"
Aku sama sekali tak bergeming mendengar sapaannya. Seperti yang dia bilang, aku gak gubris dia.
"Siang .." suara lain, yang lebih lembut, yang terdengar lebih merdu, ikut juga menyapaku.
"Siang kak Wisnu .." sahutku, tersenyum manis.
Kalian boleh bilang aku jahat, tapi kalau boleh milih, tentu saja aku lebih milih kak Wisnu yang adalah sohib kak Kevin, sebagai kakakku daripada Kevin. Kak Wisnu membalas senyumku dengan senyumnya yang tidak kalah manis. Dan aku langsung bergegas masuk menuju kamarku sambil menatap kak Wisnu.
Alunan lagu dari ungu band kesukaanku, memenuhi sudut2 kamarku. Klik... Tiba2 lagunya brhenti. Betul saja, Kak Kevin yg matiin.
"Ngapain matiin, ganggu aja !" ujarku ketus, menatapnya tajam.
"Lagian lo dipanggil dari tadi di suruh makan, enggak nyahut" balas kak Kevin.
"Ya tapi gak usah asal matiin gini, ga sopan banget sih" kataku masih sambil menatapnya kesal.
"Haha, ayo mau makan enggak loe ?" tanyanya padaku.
Ini yang aku benci, saat aku masih dalam rasa sebalku terhadapnya, dia malah ketawa. Bisa ga sih dia ngerti kalau aku ini lagi marah sama dia ?!
"Duluan aja.." kataku. Kak Kevinpun turun.
Sekilas aku jadi memandangi foto kami berdua yang sengaja mama letakkan di atas meja belajarku. Saat itu, aku masih kelas 1 SD dan kak Kevin kelas 4. Kami masih akur, lebih tepatnya aku belum benci begini sama dia. Belum kesel bgini. 
Di dalam foto itu, kak Kevin merangkulku sambil mengecup keningku . Aku dan dia tampak begitu manis di sana, khas anak-anak yang lugu.
 
Tapi semua brubah smenjak aku SMP & kak Kevin SMK . Aku mulai bisa mengerti dan membedakan. Entah dari pergaulanku, atau pikiranku sendiri. Aku mulai membanding-bandingkannya dengan kakak laki-laki teman-temanku yang lain, hingga akhirnya aku memperoleh satu kesimpulan yang tepat. kak Kevin bukanlah sesosok kakak yang bisa di banggakan. Ditambah lagi sikapnya yang nakal dan iseng, orang tua juga lebih care kedia daripada aku. 



kenyataan itu bikin aku gak suka sama dia dan kehadirannya, hingga tanpa disadari, perlahan kami makin menjauh. Foto berdua pun gak ada sama skali.
Akhirnya aku turun buat makan, ditangga aku liat Mama ngelus2 punggungnya. Hal yang gak pernah dilakuin mama sama aku. Nafsu makanku hilang. Sial!
Aku benci padanya. Iri sama apa yang dia dapetin dengan mudah dan aku nggak. Dia bisa dengan mudahnya dapetin perhatian orang tuaku di banding aku.
Esok paginya ketika sarapan aku kaget, mama bilang hari ini kak Kevin yang bakal anter + jemput aku sekolah! Ah gak suka banget Gita kalau begini! Ingin rasanya aku menolak. Tapi apa daya, kata-kata mama itu adalah sederet kalimat yang langsung tersegel dengan cap dan gak bisa di ganggu gugat.
"Asikk gue nganter elo ke sekolah..haha..Yess.." dengan spontan tangan kak Kevin menepuk kepalaku pelan. Buru-buru deh langsung aku singkirin.
"Ish apaan sih!" kataku sebel. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, aku hanya diam. Syukurlah begitu lihat gerbang sekolah, aku begitu senang.
"Jangan turun !" cegahku, menarik ujung kaos kak Kevin, waktu dia hampir aja buka pintu mobil.
"kenapa ? gini-gini kan, ini sekolah gue juga dulu.."
"Please, loe di mobil aja.." nadaku melemah, aku menatapnya sambil memohon. Hal yang sangat jarang aku lakukan.
"Yaudah deh" jawab kak Kevin.
Tiba2 pak Roni, guruku yang baru datang menghampiriku. Untung kak Kevin udah cabut. 
"Gita, tadi itu si Kevin kan? Anak yang bandel dulu ?" tanyanya.
"Dia kakakmu ya? kok beda sama kamu, dia hampir keluar gara2 tawuran.." Tuhan, apa pula guru di hadapanku ini sama sekali gak nyaring ucapannya-_-
"Iya kali pak, aku juga ngga begitu tau kakakku dulu gimana.." sahutku berusaha biasa saja. Buru2 deh aku permisi masuk kelas sama pak Roni.
Ini bukan pertamanya aku denger catatan buruk tentang kak Kevin disekolah ini. Dia kan alumni sini, guru2 yang pernah ngajar pasti cerita yang gak enak.
Kalau biasanya bel pulang sekolah itu terasa menyenangkan, kali ini aku merasa sebaliknya. Karena 1/2 jam ke depan, bakal dijemput kak Kevin lagi.
"Nah itu adek gue.." suara yang begitu aku kenali, & emang bener, kak Kevin lagi berdiri depan gerbang, sambil diliatin anak2 cewek sekolahan ini.
Ya, sambil nahan kesel kepaksa pulang sama dia. Nyampe dirumah aku langsung nemuin mama.
"Ma besok aku tampil dipensi tapi belum tau nyanyi apa :("
"Wah adek gue nyanyi besok? Ikut ah !" Kak Kevin nimbrung.
"NGGAK! kakak gak penting, gak usah ngrusak acara Gita!" sahutku yng tiba2 membentaknya.
"GITA !!" mama menatapku tajam, belum pernah sebelumnya begini. Tapi aku kesel, aku terus berpegang sama pendirianku yang gak mau kak Kevin dateng besok
"Belain aja terus kak Kevin! Semua memang lebih sayang sama kak Kevin di banding Gita! Dasar kak Kevin benalu!" teriakku smbil naik kekamar.
Lalu aku menangis dikamar. Kebencianku meluap2 saat itu. Kak Kevin bikin aku ribut sama mama. Aku benci. Aku gak pengen dia ada disini !
Esok siang, lingkaran item & kesan sembab timbul dimataku. Aku ngrasa gak siap tampil pensi dalam keadaan begini. Lagi2 semua gara2 kak Kevin! aaa
" Gita , siap-siap ya, habis ini kamu tampil." perutku seperti melilit mendengar kata ketua Pensi tadi. Aku belom nyiapin apa2 ! aku pasrah.
Gitar dimainkan, tapi aku gak keluarin suara sama sekali. Mau nyanyi apa coba? Guru dbawah panggung memberi isyarat gitu, karena intronya udah lewat.
Tiba-tiba saja, entah darimana, ku dengar suara gitar lain. Bukan cuma itu, aku juga kenal banget petikannya, dan lagu apa yang dimainin..
"Kau jadi inspirasiku, semangat hidup, Dikala aku sedih dikala aku senang.." 
dari pintu aula, terlihat kak Kevin sedang memetik gitarnya. Aku trsenyum kaget sama kehadirannya. Aku akui dia ngebantu banget ya ini. Iya aku baru inget, itu lirik lagu yang diajarin papa waktu kami masih kecil..Itu lirik lagu khusus kami berdua dari papa. Dengan lancar kami meneruskan lagu itu lalu semua penghuni aula tepuk tangan meriah atas penampilan kami.

"Makasih." bisikku dibelakang panggung. Aku terhenyak, apa selama ini aku berlebihan ya sm kak Kevin ? apa aku keterlaluan? Dia kok baik banget sama aku.

Setelah peristiwa itu, meski tetap antipati, namun sikapku jauh melunak sama kak Kevin.
"lo ngapain dek?" tanya dia padaku memulai percakapan
"Lagi bikin tugas, sambil twitteran kak" sahutku agak ramah.
"Sini gue bantu" aku senang dia peduli. Lalu kuambilkan air putih untuknya.
Saat aku menghampirinya kembali dari dapur, tiba2 kakiku kesandung kakinya yang menjolor & PRANGGG.. gelas itu pecah & airnya tumpah ke laptopku!
"AAAHH kak Kevin gimana sih kakinya jangan gitu dong! Lihat laptop aku rusak! tugasku ilang!! sialan lu kak!!" Seketika aku murka, simpatiku hilang.
Aku menyalahkan dia atas kejadian tadi. Emang salah dia kok! "Lo tu perusak! Gue pengen elo enggak ada disini !" aku memaki2 dia sambil menangis
Kembali aku kekamar, menangis didalamnya sambil memaki2 dia, kakak paling menyebalkan! Tugas2ku lenyap, nyesel bolehin dia ngbantu aku tadi.
Ternyata jauh dari dugaan, kak Kevin sosok yang sangat bertanggung jawab. Keesokan paginya print-an tugasku telah ia letakkan dimeja belajar. Lumayan ngilangin kesel, apalagi tugasku bener2 ia buat rapi. Ga nyangka dia ada otak juga buat ganti semuanya. Ingin aku ucap makasih buat dia, uda gantiin tugasku. Tapi nanti, tunggu dia pulang dari kuliahnya, gak etis aja gitu kalau cuma lewat sms aja.
Sementara itu, kak Kevin spulang kuliah ga langsung pulang, ia mampir ketoko komputer, ntah buat apa, mungkin untuk keperluan kuliahnya. Sepulangnya, ia memicu mobilnya dengan kecepatan rendah, semua aman. Sampe di perempatan jalan, saat lampu ijo masih nyala, ia belok ke kanan. Sebuah truk ngebut nyalip kak Kevin dari kiri, karena bahu jalan sempit, timbul gesekan keras dibody mobilnya, lalu oleng & menabrak tiang lampu :( 
Dadanya sesak, ia lupa pake sabuk pengaman, membuatnya terlempar kedepan. Telinganya berdengung, seperti ada yang ngalir dari situ, iapun mulai labil.
Setelah itu terjadi, aku tau ada yang gak beres. Mulai dari kak Wisnu yang ngejemput kerumah dengan muka panik, bukan mama atau papa. Benar2 aku deg2an. 
Kak Wisnu gandeng tanganku berlari dilorong RS. Dari tangannya aku tau ada hal yang membuatnya panik yang juga berhubungan sama aku. Semoga firasatku salah. Dugaanku bener, pasti ada apa2 sama kak Kevin.
"Keluarga Kevin" suara dokter keluar dari ruang ICU.
Kami semua mendekat, apa yang terjadi sama kakakku?
Aku masuk keruangan itu, ia begitu lemah, dengan semua perban dikepala ,lengan dan kakinya. Ia sadar dan menatapku sambil tersenyum manis. Manis skali..
Aku menangis..
"Kakak.." panggilku pelan sambil terus menatap dirinya yang begitu malang. Tatapannya begitu sayu dan ramah. Begitu hangat..
"ja..jangan nangis.." lafalnya, suaranya parau, tapi aku mengerti apa yang dia bilang.
"gak bisa ka, gue mau makasih buat yang kemaren,gue sayang lo.."
Ya, saat kritis itu aku berani berucap hal yang tak pernah kukatakan padanya.
"gu..gue..sayang kakak. Maaf juga yah kak." ujarku tersengal2 menangis.
"kakak kevin sayang ade Gi..gita.." tangisku bertambah deras mendengarnya. Kenapa harus begini baru aku sadari? Kemana aku selama ini? Kenapa T_T
Tangan kak Wisnu menarikku mundur, kubiarkan giliran mama papa yang mendekatinya..semua begitu hening. Hanya isak tangisku yang memantul. 
Aku bergetar disamping kak Wisnu. Aku melihat orang tuaku mencium kak Kevin. Tetapi ini tiada rasa iri saat melihatnya, malah aku begitu menikmatinya..
"Tiiiiiiiiiitt... "
Aku gatau alat apa itu, garis zigzagnya berubah jaid lurus dan datar. Itu artinya, mulai detik ini, ia takkan lagi ada disini, diduniaku.
Dia pergi dan aku nyesel, sangat amat nyesel. Berulang2 kuucap tak ingin dia ada disini, kini Tuhan mendengarnya. Ia mengambilnya, benar2 pergi..
Ditengah tangisku, kak Wisnu menghampiriku yang duduk dipojok dinding. Aku yakin dia, sahabatnya jauh lebih tau tentang kak Kevin daripada aku.
"Ini.."
ia duduk dan letakkan laptop dipangkuanku. Itu laptop terbaru, yang sebenarnya sangat aku mau. Kotaknya lecek tapi laptopnya tak lecet sedikitpun.
"Ini apa kak?" tanyaku.
"Ini dari Kevin buat kamu. Sebelum kecelakaan ia beli ini buat kamu. Bahkan.."
"bahkan apa kak ?" Tanyaku menahan tangisku
"Bahkan saat warga bantu dia keluar dari mobil, tangan kirinya masih dalam posisi megang kotak laptopnya seakan ngejagain biar gak rusak" jelasnya. Aku memandang benda itu sambil menangis, memeluknya. Ternyata ia brniat mengganti laptopku yang rusak itu.
"Maafin adek kak..Maaf.. :'(" ucapku
Aku yang paling jauh dengannya, tapi aku yang menangis paling kencang saat kepergiannya. Pemakamannya usai. Untuk prtama2kujamah kamarnya dan ternyata...
Fotoku berdua dengannya ketika kecil begitu banyak menghiasi dinding kamarnya. Bahkan yang dibingkai besarpun ia pajang ditengah2 :')
Kududuk ditepi ranjangnya
"Kau jadi inspirasiku, semangat hidup, Dikala aku sedih dikala aku senang.." lagu itu kunyanyikan lirih menatap foto kami berdua. Tuhan.. Aku begitu menyesal..
:'(Mama mendatangiku. "kevin sayang banget kamu nak. Asal kamu tau, Dia tawuran dulu demi bela Wisnu. solidaritasnya besar dan setia kawan. Bukan karena dia brandalan" jelas mama padaku.
Tuhan. Andai bisa kuulang waktu, takkan kusiakan untuk selalu bersamamu kak Kevin Irendra ! :'((
Tuhan demi tahun berlalu. Kudatangi nisannya bersama Wisnu.
"Kak, Gita rindu, coba ada kakak pas ka Wisnu nembak aku.. Kakak yang tenang ya, ada Wisnu yang jagain aku. Kakak jangan cemas. Aku janji jaga mama papa.."
Aku berbicara dengan nisannya tadi sore. Aku yakin dia dengar.
Buat kalian, kehilangan dan penyesalan itu kombinasi sakit yang luar biasa. Butuh waktu.
Iya, butuh waktu yang sangat lama untuk menyembuhkannya. Sayangi sebaik mungkin keluargamu, jangan sampai penyesalan datang, meski diakhir..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar