Rabu, 23 Mei 2012

MEREKA SAJA MASIH PEDULI DENGAN BERBAGI





Ketika jarum jam masih malu malu untuk menunjuk tepat jam dua siangnya, ada isarat__ kalau waktu sore sudah memberi tahu saya untuk balik ke rumah, mungkin ada saja satu atau beberapa hambatan yang sekiranya memaksa saya untuk menunda kepulangan. Bagi kebanyakan orang yang mau berpikir dengan melepaskan semua sikap keambisianya, hujan adalah sebuah anugerah yang tak terkira, tapi tidak sedikit dari sebagian orang yang pernah menyikapi hujan sebagai sebuah hambatan ataupun musibah. tapi bagi saya, yang waktu itu dalam keadaan tidak sedang terburu buru, biasanya kalau mau menyikapi turunya hujan, mencoba mencari tahu lebih dulu dengan menanyakan kepada alam pikiran kita sendiri-- hikmah apakah yang saya dapatkan nanti lewat pesan turunya hujan hari itu. kalau ada usaha mau mencarinya insya Allah dari hasil pada hal yang terkecilpun nampak menjadi satu hikmah yang begitu besar.


Deeg, hati saya mendadak membatin, meraba raba, tidak lebih untuk sekedar mencari tahu sampai di pertemukan dengan titik temu jawabanya. mungkin hari itu hikmahnya nampak kelihatan nyata setelah saya melihat beberapa dari mereka, yaitu anak usia seumuran sekolah dasar yang sedang mencoba memburu rejeki lewat jasa penyedia payung hujan. atau bisa di sebut dengan ojek payung. hujan sepertinya sudah menjadi lahan subur untuk mengais banyak uang bagi sebagian anak anak ini. anak penyedia jasa payung hanyalah memberikan sedikit jasa yang tak seberapa, namun sangat menguntungkan buat kelangsungan aktivitas banyak orang yang merasa terjebak oleh kondisi hujan, beberapa orang yang hendak mau pulang pun salah satunya yang sudah bisa di untungkan dengan memanfaatkan payung anak-anak tersebut setelah keluar dari mall untuk sekedar menuju ke mobil mereka masing masing.

Saya terus mengamati beberapa anak ini yang kelihatan tidak punya beban apapun di tengah pekerjaan dan derasnya air hujan, tidak merasa takut sedikitpun dengan banyaknya kilatan petir yang sesekali bergantian dengan menghujamkan dentuman yang begitu keras. di tengah resiko sakit yang mengancam, hujan lebat dan suara gaduh guntur seolah sudah menjadi hal yang biasa bagi sebagian anak ini, atau memang ada keterpaksaan karena begitu banyak alasan. salah satunya, mungkin baginya hujan adalah sumber rejeki satu satunya untuk mengais banyak upah dari para pengunjung mall.

Dua dari beberapa anak tersebut nampak ada yang sudah menggigil kedinginan sembari memegang payungnya dengan badan sesekali terlihat gemetaran, para bocah yang memasang muka polos ini terus menunggu para pengunjung mall untuk memakai jasa pinjaman payungnya. Nampak satu anak laki yang memakai kaos seragam bola tersebut kelihatan lebih sering mendapatkan pamakai jasa payung_yang mungkin_ karena berdiri di bagian sisi teras menuju arah parkiran. sebut saja dengan nama rio, bocah yang rela kehujanan sedari tadi Itu kelihatan lebih gesit dari beberapa teman lainya.

Ketika rio di panggil oleh salah satu orang yang mau menggunakan jasa payungnya, si rio mendadak mengulum senyum dan langsung sontak memanggil salah satu temanya, mendengar lengkingan dengan sebutan nama Dilla, bocah perempuan ini bergegas lari menuju suara rio yang bercampur dengan suara gemuruh air hujan. rio sendiri sengaja memberikan kesempatan buat temanya, dengan tujuan agar bisa membagikan kesempatan sebagian rejekinya buat temanya sendiri.

Melihatnya, saya tertegun sekaligus malu seketika, kala melihat sikap kebersamaan enam bocah tersebut, mereka para bocah itu masih punya sikap untuk bersedia berbagi, terlihat seperti sudah bisa melepaskan sifat kebocahanya (dewasa sebelum usianya). jauh dari sikap berbau kapitalis, jauh dari sikap rakus yang sering di pertontonkan di panggung politik negri ini. mungkin kata hati bocah tersebut mencoba buat berbicara jujur, " saya tidak mau serakah, biar ladang rejeki ini lebih banyak teman yang menikmati ".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar